Sudah 40 hari yang lalu kau berkemas pulang . Kau tentu tahu saya tak pernah terima jika kau disebut pergi , kami yang sedang pergi . Kau yang pulang kan ? Diantara kami yang bahkan tak pernah tahu kapan pergi untuk mendahului .
Saya masih ingat malam itu , di salah satu bangsal rumah sakit di kota kelahiranmu . Kau bilang pada kami ingin dimandikan keramas selepas shubuh . Hati saya seolah mencelos . Permintaan mu seolah mengisyaratkan adanya kematian yang segera datang .
Waktu itu saya hanya bisa menangis duduk bersimpuh dibawah bed kasurmu . Sembari dikuatkan oleh pasangan saya yang malam itu ikut mengantar saya menemuimu diujung jawa . Saya berdoa malam itu , agar Tuhan segera cepat untuk tidak berlama – lama dalam penjemputannya . Saya sudah tidak kuasa melihatmu lagi. Harus jadi pesakitan bertahun – tahun lamanya .
Di sela – sela sakitnya dia masih menyebutMu . Kau tahu bukan hal itu sungguh sangat haru ? Proses itu . MalaikatMu yang mulai berdatangan melakukan tugas terakhirnya . Saya tahu malam itu saya akan berpisah denganmu ibuk . Saya tak sungkan menciummu walau kau sedang merasakan sensasi jadi pesakitan . Tepat jam 11 malam hari minggu itu kau pulang . Tepat pada pelukan laki – laki yang 23th lalu engkau pilih jadi suamimu . Kau pulang . Menunggu kami di tanah keabadian …